Rabu, 24 Desember 2014

Sejarah Sanggar Seni Kerikil

Sanggar Seni Kerikil
KAPMI D.I Yogyakarta


Sejarah singkat

Sanggar Seni Kerikil merupakan salah satu Lembaga Semi Otonom (LSO) yang ada di dalam organisasi KAPMI (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Indramayu). Munculnya lembaga ini diprakarsai diantaranya oleh Hariri, Budi Laksana, dan Ali Ma’nawi dan kawan-kawan, pada tanggal 26 Desember Tahun 2002 (narasumber: Budi Laksana).
Geliat seni dari putra-putri Indramayu di Yogyakarta yang notabene adalah kota budaya yang kaya akan kebudayaan serta seni, juga penuh dengan para senimannya yang semakin terasah seiring perkembangan zaman. Oleh karena itu dibentuklah suatu wadah yang dapat menampung dahaga akan kesenian tersebut, dan akhirnya terbentuklah nama “Kerikil” sebagai wadah kesenian bagi Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Indramayu (KAPMI) D.IY. Pada awalnya “Kerikil” digunakan untuk nama dari kelompok teater saja, namun pada perkembangannya “Kerikil” dipakai untuk nama dari sanggar seni bentukan KAPMI D.I. Yogyakarta yang tidak hanya mencakup bidang teater saja di dalamnya.
Sanggar Seni “Kerikil” memiliki ruang lingkup yang luas di dalamnya, tidak hanya pada bidang teater tetapi semua bidang seni mulai dari seni musik, teater/peran, tari, senirupa dan sebagainya menjadi satu nama yaitu “Kerikil”.
Teater Kerikil merupakan teater independent yang berlatar belakang daerah, sebagai alat sekaligus media untuk mengkonsolidasikan para anggota KAPMI di bidang seni, sehingga rekruetmen anggota teater Kerikil melalui workshop teater yang dikemas bukan sekedar ansih untuk mendalami dunia teater tetapi juga untuk memberi warna baru dalam menyikapi persoalan-persoalan yang terjadi di Daerah khususnya Indramayu.

Mungkin inilah perbedaan teater Kerikil dengan teater-teater yang ada di Jogjakarta khususnya, merupakan terobosan baru bagi organisasi daerah dalam rangka berpartisipasi terhadap D.I. Yogyakarta yang dikenal sebagai kota seni dan budaya.

Makna Filosofis KERIKIL

Kerikil

Munculnya ide nama “Kerikil” tersebut bukanlah merupakan produk instant yang tidak mempunyai makna apa-apa, tetapi itu merupakan buah pemikiran panjang dari para penggagasnya. Kerikil yang kita pahami saat ini adalah merupakan batu-batu yang bentuknya kecil dan kita mungkin sering menjumpainya dijalan-jalan. Mungkin banyak orang yang menyepelekan kerikil karena bentuknya yang kecil, tetapi dibalik bentuknya yang sangat kecil tersebut justru banyak membahayakan orang dijalan. Tidak sedikit kecelakaan yang besar bermula dari sebuah batu kerikil yang kecil. Intinya meskipun kerikil itu kecil tatapi jangan sampai disepelekan, karena kadang-kadang bisa membahayakan.
‘Kerikil’ adalah sebuah nama bagi teater independent yang dilahirkan dari hasil persenggamaan para seniman organisasi daerah KAPMI D.I. Yogyakarta. Kerikil adalah ‘batu-batu kecil’, yang berada di bawah tanah yang selalu dikucilkan dan merupakan ampas dari batu-batu besar, tapi juga dapat membahayakan bagi orang yang tak memperhatikan dan lengah saat berjalan kaki.

Makna filosofis dari Kerikil jika kita tarik maksudnya adalah; ‘kecil tapi berbahaya’, kecil dapat berarti ‘rakyat’ atau ‘minoritas kritis kreatif’ berbahaya artinya dapat menjatuhkan bagi yang tidak memperhatikan orang kecil. Artinya sekumpulan minoritas kreatif kritis yang punya ide-ide revolusioner yang menjunjung tinggi hak-hak rakyat dan membela kaum proletariat menuju masyarakat yang adil dan makmur. Kerikil dapat dimaknai juga sebagai bentuk protes dan pemantau kebijakan system pemerintahan yang independent tanpa tendensi apapun (politik praktis). Kerikil juga akan dapat menggulingkan bagi yang tidak berpihak terhadap rakyat. Serta anti kemapanan.yikapi persoalan-persoalan yang terjadi di Daerah khususnya Indramayu.
Mungkin inilah perbedaan teater Kerikil dengan teater-teater yang ada di Jogjakarta khususnya, merupakan terobosan baru bagi organisasi daerah dalam rangka berpartisipasi terhadap D.I. Yogyakarta yang dikenal sebagai kota seni dan budaya.

sumber : https://anggip640.wordpress.com/2010/10/15/profil-singkat-sanggar-seni-kerikil-kapmi/

0 komentar:

Posting Komentar